Indonesia "gudangnya" jambu air. Hampir semua jenis unggulan berasal dari sini. Namun ada kesan kita tidak menghargai kekayaan plasma nutfat bernilai ekslusif tersebut. Akibatnya, Taiwan dan Thailand menyerobot untuk mengembangkannya menjadi komoditas hortikultura komersial.
Jambu Air Kita Populer di Negeri Orang
Pertanian dan Peternakanku
Jambu air Black Diamond atau Black Pearl yang terkenal di Taiwan bagian selatan, diakui dibawa dari Indonesia beberapa ratus tahun lalu. Melihat cirinya, jambu air tersebut mirip varietas Semarang darah dari Srondol, bagian selatan Semarang.
Dengan sedikit polesan para pakar buah, Taiwan, penampilannya menjadi lebih menarik dan menggiurkan sehingga nilai komersialnya meningkat. Lalu apa kiat petani Taiwan sukses mengebunkannya sedangkan kita tidak?
Di Taiwan, jambu air dipelihara dan disayangi bagai anak sendiri. Pemangkasan, pemupukan dan pengairan jambu air dilakukan secara rutin dan teratur sehingga dapat panen 3 - 4 kali dalam setahun. Buahnya pun dibungkus satu persatu dengan kertas pembungkus khusus.
Alhasil, buah jambu air "Semarang" produksi Taiwan selain besar (150 - 200 gram/buah) juga mulus, renyah dan manis. Sedangkan produksi jambu air lokal kita yang kurang perawatannya berukuran kecil (80g), berulat, kusam, dan kurang manis.
Bicara soal pasar, Taiwan mengekspornya ke Jepang. Kemasan yang dipakai kardus berjendela dan jambu air disusun satu per satu agar penampilannya mulus dan menarik. Harganya pun mahal. Kalau kita?? Yah, biasanya jambu air ditumpuk dalam keranjang bambu, tidak tanggung-tanggung sampai 20 kg. Akibatnya kulit buah lecet lalu cepat busuk.
Saling Intai
Thailand menyadari potensi jambu air untuk ekspor sehingga menyusul Taiwan mengebunkannya secara komersial. Di Thailand jenis yang banyak dipasarkan adalah lilin hijau yang panjang, pucat, dan kurang manis. Sedangkan varietas king atau rose apple yang lebih besar dan manis, jumlahnya belum banyak dan jarang dijumpai di pasar.
Belum lama ini dikabarkan petani Thailand sukses mengebunkan jambu air Manalagi atau Citra. Konon bibitnya diperoleh dari Pasar Minggu. Lucunya, pakar buah-buahan Indonesia sendiri tidak mengenal varietas Manalagi tersebut. Dugaan sementara, varietas yang dimaksud adalah jambu air Citra. Kemungkinan lain, penamaan tersebut diberikan sebagai daya tarik saja bagi pembeli. Lalu apakah kita kecolongan (lagi)??
Pertanian dan Peternakanku - Jambu Air Kita Populer di Negeri Orang
Pertanian dan Peternakanku - Jambu Air Kita Populer di Negeri Orang
Intai-mengintai plasma nutfah sudah bukan rahasia lagi. Bila orang kita pergi ke Thailand, pulangnya selalu membawa bibit buah-buahan yang dikatakan terbaik. Akibatnya, serba "Bangkok" menjadi wabah karena terkesan eksklusif dan keren. Sebaliknya, orang Thailand yang berkunjung ke Indonesia juga menyempatkan diri membawa bibit unggulan yang dinilai potensial untuk dikembangkan. Bagi mereka, tentunya jambu air Indonesia bernilai ekslusif.
Bagaimana cara mereka memperoleh bibitnya? Nah, ini ada kiat tersendiri. Pertama, mereka kumpulkan dahulu informasi varietas unggulan setempat. Lalu bibitnya dicari ke penangkar benih atau kebun produksi yang mempunyai pohon induk.
Cara paling halus dengan memotret, mengagumi lalu memuji buah yang dimaksud. Lalu, sebelum pamitan pulang mereka meminta beberapa mata tempel atau bahan setek dari si pemilik. Bila si pemilik keberatan maka diusahakan membelinya atau dibujuk dengan imbalan uang. Bila tidak berhasil juga maka esok atau lusa tiba-tiba datang tetangga si pemilik (orang Indonesia) meminta hal serupa. Rupanya ia ditugasi membujuk si pemilik. Walhasil, akhirnya bibit didapat!
Kalau permintaan benih dilakukan melalui jalur resmi, misalnya pemerintah maka agak repot menolaknya. Tetapi biasanya kita bisa minta tukar-tambah dengan bibit unggulan dari negara bersangkutan. Artinya, kita tidak rugi-rugi amat malah bisa untung-untungan dapat yang lebih bagus.
Adu Cepat
Dalam era globalisasi sekarang, bukan zamannya menyembunyikan kekayaan plasma nutfah. Cepat atau lambat akan kebobolan juga, baik secara resmi maupun cara belakang. Yang penting segera memanfaatkan keunggulan tersebut untuk dikomersilkan. Jangan tunggu orang lain mengambil kesempatan dahulu, baru kita kebakaran jenggot.
Jangan orang lain disalahkan karena sukses, padahal sebenarnya kita yang tidak tanggap memanfaatkan kekayaan tumbuhan yang dimiliki. Tidak ada gunanya kita bangga dengan kekayaan tersebut, tanpa memperoleh nilai tambah darinya. Boleh bangga kalau plasma nutfah sudah dimanfaatkan dan menghasilkan dolar atau yen untuk petani kita. Apa hendak dikata kalau plasma nutfah sudah melayang dan dolar pun tak kunjung datang?
Lihat juga : Dua Varietas Unggul Cabai
Lihat juga : Dua Varietas Unggul Cabai
Terima Kasih Atas Kunjungannya dan Semoga Bermanfaat
Sumber : Majalah Trubus