Pengolahan lahan merupakan ciri suatu kegiatan pertanian. Pada hakekatnya kegiatan ini dilakukan untuk menciptakan kondisi tanah yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman, yakni agar perakaran dapat berkembang leluasa, difusi oksigen dan karbohidrat atau pertukaran udara pada umumnya dapat berjalan lancar, serta tercipta struktur tanah yang mudah menyediakan air untuk diserap perakaran tanaman.
pertaniandanpeternakanku.blogspot.co.id
Selain itu saat pengolahan tanah dilakukan tanaman-tanaman pengganggu (gulma) yang tidak dikehendaki ikut terbongkar, terpotong, dan tercabut. Pengolahan tanah yang umum dilakukan terutama pada pertanian tanaman pangan adalah pengolahan tanah sempurna. Pengolahan tanah dilakukan melalui tahapan-tahapan dibajak, digaru, dan dicangkul untuk perataan, sehingga diperoleh permukaan petakan yang rata dan rapi serta mempunyai agregat-agregat tanah yang relatif kecil.
Dari penelitian yang dilakukan akhir-akhir ini ternyata pengolahan tanah secara sempurna yang biasa dilakukan petani menimbulkan beberapa masalah. Pengolahan tanah sempurna merupakan salah satu penyebab utama tingginya erosi di lahan pertanian yang dapat menurunkan produktivitas tanah. Pengolahan tanah sempurna yang menyebabkan agregat-agregat tanah menjadi relatif kecil, berakibat agregat tanah tersebut lebih mudah dihancurkan oleh butir hujan yang menerpa dan dihanyutkan bersama aliran permukaan sebagai erosi.
Akibat lebih lanjut, areal lahan kritis semakin meluas karena tanah cepat mengurus dan tidak cukup subur untuk ditanami. Pengolahan tanah secara sempurna seringkali menyebabkan air tanah terbuang melalui penguapan atau drainase. Bagi lahan yang memiliki masalah penyediaan air hal ini merugikan. Selain itu pengolahan tanah sempurna memerlukan waktu yang tidak sedikit dan bagi usahatani intensif hal ini tidak efektif, karena usahatani yang intensif biasanya dibatasi oleh waktu yang relatif singkat.
Pengolahan Tanah Konservasi
Mengingat masalah-masalah merugikan yang ditimbulkan akibat cara pengolahan tanah secara sempurna tersebut, maka metode pengolahan tanah sempurna harus diperbaiki. Salah satunya dengan menerapkan metode pengolahan tanah konservasi. Prinsipnya, apabila kondisi tanah sebelum diolah telah dapat memenuhi kebutuhan tanaman untuk tumbuh optimal, pengolahan tanah tidak perlu dilakukan karena dalam hal ini pengolahan tanah merupakan pemborosan dan menyebabkan tanah mudah ter-erosi. Jadi, tidak semua tanah memerlukan pengolahan tanah.
Berbeda dengan pengolahan tanah secara sempurna, pengolahan tanah konservasi dilakukan berdasarkan kebutuhan pertumbuhan tanaman. Pengolahan tanah dilakukan hanya apabila diperlukan, yakni apabila tanahnya padat dan tidak ada perlakuan lain untuk menggemburkan tanah. Selain itu pengolahan tanah dilakukan seperlunya saja, baik frekuensi maupun luasan permukaannya.
Dikenal dua macam istilah dalam pengolahan tanah konservasi, yaitu yang tanahnya sama sekali tidak diolah (no tillage) dan yang diolah sekadarnya (minimum tillage). Dalam praktiknya mula-mula vegetasi yang menutupi lahan dibabat atau disemprot herbisida, kemudian dibiarkan sebagai mulsa.
Dalam metode no tillage, tanaman langsung ditanam 1-4 minggu setelah itu. Tanah hanya dibuka sedikit sekadar memasukkan benih/bibit ke dalam tanah. Sedangkan dalam metode minimum tillage, tanah diolah seperlunya saja. Pengolahan tanah hanya dilakukan sekali saja atau hanya pada barisan tanaman. Tujuannya sekadar melonggarkan tanah dengan kedalaman 10-15 cm dan dicirikan oleh permukaan tanah yang kasar, tidak halus, dan tidak rata.
Sistem budidaya tanaman no tillage dan minimum tillage adalah sistem pengolahan tanah konservasi, karena mulsa menahan jatuhan air hujan langsung ke permukaan tanah dan mengurangi rekahan tanah serta mencegah erosi. Metode no tillage dan minimum tillage memperkecil erosi tanah dari 17,2 ton per hektar menjadi 1 ton per hektar dan aliran permukaan ditekan 30-45%.
Lihat juga : - Bercocok Tanam Vertikal Sistem Hidroponik
Selain mencegah erosi sehingga dapat mempertahankan produktivitas tanah, bagi tanaman, pengolahan tanah konservasi juga memberikan beberapa keuntungan antara lain meningkatkan respirasi tanah, sehingga jumlah total mikroorganisme, tanah, fungi, dan nitrosomonas menjadi lebih banyak. Hal ini menyebabkan tanah menjadi kaya kandungan unsur hara.
Perakaran tanaman menjadi lebih banyak, traspirasi yang terjadi pada tanaman muda lebih sedikit. Ini berarti tanaman dapat tumbuh dan berkembang lebih optimal. Infiltrasi air meningkat sehingga air tanah tersedia bagi tanaman jumlahnya lebih banyak (20%) dan tersedia dalam waktu yang lebih lama. Hal ini mencegah terjadinya stres tanaman akibat kekurangan air.
Di samping itu metode ini mempunyai keuntungan komparatif lain, yakni waktu kerja menjadi singkat sehingga areal penggunaan lahan untuk pertanian bertambah luas. Sebab, tanah-tanah yang tadinya tidak bisa diusahakan dapat ditanami. Waktu tanam menjadi lebih leluasa, karena ketersediaan air dalam tanah lebih lama.
Produksi
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa output atau produksi tanaman yang diperoleh dari pertanian dengan metode pengolahan tanah kenservasi ini, terutama pada tanaman pangan seperti padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar serta ubi kayu, hasilnya tidak berbeda nyata dengan hasil produksi dari pertanian dengan metode olah tanah sempurna.
Namun dalam beberapa kasus, dengan metode ini hasil yang diperoleh melebihi hasil metode olah tanah sempurna. Namun ada hal yang harus diperhatikan, yaitu keadaan lahan yang akan diusahakan. Lahan pertanian yang cocok -dalam arti akan memberikan hasil produksi tanaman yang memuaskan bila menerapkan metode pengolahan tanah konservasi ini- adalah lahan-lahan yang berdrainase baik sampai sedang, bertekstur sedang sampai berpasir atau pasir berdebu, mudah kering, dan berat isi tanahnya lebih kecil dari 1,35 gram/cm persegi, serta memiliki solum yang lebih dangkal dari 20 cm.
Lahan pertanian memiliki agregat tanah berukuran besar, kompak, padat dengan kandungan liat tipe 2 : 1. Di lahan-lahan yang pada zone perakaran tanaman terdapat lapisan yang mengeras atau padat dan berdrainase jelek, masih tetap dapat menerapkan metode pengolahan tanah konservasi ini, tetapi produksinya biasanya kurang memuaskan.
Selain itu petani juga dituntut untuk lebih menguasai konsep hubungan tanah dengan tanaman dan pengetahuan tentang pemupukan, khususnya pemakaian bahan organik dan kompos, bila menghendaki produksi yang memuaskan dengan menerapkan metode pengolahan tanah konservasi ini.
Terima Kasih dan Semoga Bermanfaat
Sumber : Majalah Trubus